Minggu, 12 Juli 2009
KETIKA IBADAH DENGAN MENG-ILAH-KAN YANG LAIN
08.12 |
Diposting oleh
UKMKI FTP UNEJ KOSINIS TETA |
Edit Entri
Beberapa detik berlalu, dan waktu untuk kita takkan pernah kembali,bahkan ketika anda membaca tulisan inipun tak mungkin waktu bisa anda kembalikan lagi, begitu juga ketika kita mengingat kejayaan islam masa lalu tentunya kita tak mugkin dapat kembali ke masa saat itu.begitulah kondisi waktu sebenarnya yang begtu berharga hingga orang barat mengatakan “time is money” (waktu adalah uang ) dan Alhamdulillah kita sebagai umat islam mempunyai moto yang lebih mulia daripada pernyataan orang barat tersebut sebagaimana disyairkan oleh ulama “al-waktu astmanu minadzahab” (waktu itu lebih mahal daripada emas) sehingga jelaslah islam lebih mulia karena lebih menghargai waktu karena emas lebih mahal daripada uang dan waktu lebih mahal daripada emas.
Itulah sebagian dari perbedaan pemaknaan terhadap “waktu”, sekarang mari kita lihat bagaimanakah kita memberi makna terhadap waktu tersebut???? Mungkin anda perlu membaca beberapa ayat dalam Al-Quran terutama surat (Al-asr, Al-insyiroh ; 7,Ad-dhukha, Lukman;33 ,Al-hadiid dll) di mana ayat ayat di atas memberikan penjelasan dan peringatan kepada kita agar kita senantiasa semangat beramal ibadah, dalam hal ini saya lebih menyoroti terhadap pemanfaatan waktu yang kita miliki (apakah untuk dunia akhirat atau hanya untuk dunia). Hal ini kelihatan sangat sulit tetapi inilah sebagian dari “ghazwul fikr” atau perang pemikiran yang harus kita pahami agar kita sebagai umat Islam tidak tertipu dengan kehidupan dunia (materi) dan para penyesat agama(kafir) yang melancarkan serangan pemikiran dan budaya jahiliah modern.
Dari 24 jam waktu yang diberikan oleh Allah kepada kita mungkin hanya beberapa jam saja yang kita gunakan untuk beribadah kepada Allah dan kemanakah waktu banyak kita yang lain???apakah untuk memikirka dunia saja, jalan jalan tanpa tujuan, tidur, main game atau bersenang senang dengan teman, dengan pacar bahkan foya foya naudzubillahimindzalik.
Bagaimana jikalau waktu kita hanya untuk belajar kuliah saja tanpa menghiraukan kondisi umat dalam perspektif dienul islam?hal inilah yang sebenarnya menjadi pertanyaan, bukankah belajar itu juga ibadah yang diwajibkan, bukankah belajar itu untuk kebaikan masa depan, bahkan dengan rajin belajar mungkin kita akan menjadi bintang kampus , fakultas, atau bintang dalam jurusan bahkan bintang dalam satu angkatan, sehingga kita jadi orang yang memiliki nilai tertinggi dan yang tenar namanya. Namun ternyata hal ini salah apabila kita merujuk pada dasar ayat dan hadist :
1.Janganlah sekali kali kamu terpedaya kehidupan dunia dan jangan sampai kamu terpedaya oleh penipu dalam menaati Allah (Lukman : 33)
2.Padahal akhirat itu lebih baik dan lebih kekal (Al-a’la : 17)
3.“Barangsiapa menginginkan dunia (kebahagiaan) maka dengan ilmu, dan barabgsiapa menginginkan akhirat (kebahagiaan) maka dengan ilmu,maka barangsiapa menginginkan keduanya maka dengan ilmu”(Al-Hadist)
Belajar ilmu dunia memang merupakan suatu ibadah yang disyariatkan, tetapi kegiatan belajar ini tentunya tidak menghilangkan kewajiban kewajiban kita yang lain dalam hal ini mungkin lebih jelasnya kita ambil contoh agenda agenda dakwah dalam kampus. Kebanyakan mahasiswa telah mengabaikan hal ini padahal mengajak kepada kebaikan merupakan suatu kewajiban yang sangat disyariatkan dalam islam, seringkali kegiatan kuliah kita menjadi kendala dalam melakukan kegiatan tersebut maka perlu kita ketahui sejauh mana kecintaanya terhadap dunia dan Allah,jikalau mereka lebih mencintai Allah tentunya mereka juga melakukan kewajiban sebagai hamba untuk menyampaikan risalah risalah yang diajarkan oleh Rosulullah, tetapi kebanyakan mereka lebih mencintai dunia dengan tidak mau mengikuti agenda dakwah bahkan ada yang cenderung memikirkan dirinya sendiri saja tanpa menghiraukan dienul islam. Maka pabila merujuk pada surat lukman ayat 33 tersebut berarti merekalah termasuk orang orang yang terpedaya oleh dunia dan tertipu dalam menaati Allah karena menganggap agenda dakwah tidak mereka butuhkan bahkan mereka sangat takut apabila nilai akademik mereka turun dikarenakan kegiatan dakwah yang akan mereka lakukan. Jika ketakutan itu dalam batas sewajarnya maka hal itu bersifat manusiawi tetapi ketika ketakutan tersebut ternyata melebihi ketakutan kepada Allah artinya dalam ibadah (kuliah) mereka terdapat makna ilah yang lain, walaupun belajar ilmu dunia juga ibadah tetapi hal ini jelaslah salah karena kcintaanya atau ketakutannya kepada nilai duniawi melebihi ketakutannya pada Allah.(Makna Syahadatain)
Rosulullah telah mengajarkan hidup seimbang antara dunia dan akhirat kerena keduanya merupakan kehidupan yang tidak dapat kita nafikan adanya untuk dijalani secara selaras dan berkaitan untuk saling menunjang sebagaimana dikatakan oleh imam Ghozali “addunya majroatul akhiroh” yang artinya dunia adalah ladang akhirat maka banyak banyaknyalah menanamkan kebaikan didunia agar kita dapat memanennya diakhirat kelak, dan untuk menanam kebaikan didunia tentunya dibutuhkan kemampuan pengelolaan ilmu dunia secara baik serta dibutuhkan ilmu akhirat untuk menjaga kebaikan yang kita tanam tersebut agar tidak terserang penyakit (kesalahan) sebelum kita memanenya disyurga, sehingga perlu adanya keseimbangan (tawadzhun) dalam kita menjalankan aktifitas sehari hari baik belajar agama, umum, olahraga dan refresing serta dsb yang tentunya tidak keluar dari syariat islam.
Mari kita ingat selalu “Setiap yang bernyawa akan merasakan mati,kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan kamu akan dikembalikan hanya kepada kami”(Al-Ambiya : 33) semoga bermanfaat…!Amiiin, Apabila terdapat kesalahan itu semata mata dari kekurangan kami sebagai manusia namun apabila terdapat kebenaran, hal itu merupakan semata mata hanya dari Allah SWT,Wallahu ’alam bishowab.
R.Hadi Sutrisno
Itulah sebagian dari perbedaan pemaknaan terhadap “waktu”, sekarang mari kita lihat bagaimanakah kita memberi makna terhadap waktu tersebut???? Mungkin anda perlu membaca beberapa ayat dalam Al-Quran terutama surat (Al-asr, Al-insyiroh ; 7,Ad-dhukha, Lukman;33 ,Al-hadiid dll) di mana ayat ayat di atas memberikan penjelasan dan peringatan kepada kita agar kita senantiasa semangat beramal ibadah, dalam hal ini saya lebih menyoroti terhadap pemanfaatan waktu yang kita miliki (apakah untuk dunia akhirat atau hanya untuk dunia). Hal ini kelihatan sangat sulit tetapi inilah sebagian dari “ghazwul fikr” atau perang pemikiran yang harus kita pahami agar kita sebagai umat Islam tidak tertipu dengan kehidupan dunia (materi) dan para penyesat agama(kafir) yang melancarkan serangan pemikiran dan budaya jahiliah modern.
Dari 24 jam waktu yang diberikan oleh Allah kepada kita mungkin hanya beberapa jam saja yang kita gunakan untuk beribadah kepada Allah dan kemanakah waktu banyak kita yang lain???apakah untuk memikirka dunia saja, jalan jalan tanpa tujuan, tidur, main game atau bersenang senang dengan teman, dengan pacar bahkan foya foya naudzubillahimindzalik.
Bagaimana jikalau waktu kita hanya untuk belajar kuliah saja tanpa menghiraukan kondisi umat dalam perspektif dienul islam?hal inilah yang sebenarnya menjadi pertanyaan, bukankah belajar itu juga ibadah yang diwajibkan, bukankah belajar itu untuk kebaikan masa depan, bahkan dengan rajin belajar mungkin kita akan menjadi bintang kampus , fakultas, atau bintang dalam jurusan bahkan bintang dalam satu angkatan, sehingga kita jadi orang yang memiliki nilai tertinggi dan yang tenar namanya. Namun ternyata hal ini salah apabila kita merujuk pada dasar ayat dan hadist :
1.Janganlah sekali kali kamu terpedaya kehidupan dunia dan jangan sampai kamu terpedaya oleh penipu dalam menaati Allah (Lukman : 33)
2.Padahal akhirat itu lebih baik dan lebih kekal (Al-a’la : 17)
3.“Barangsiapa menginginkan dunia (kebahagiaan) maka dengan ilmu, dan barabgsiapa menginginkan akhirat (kebahagiaan) maka dengan ilmu,maka barangsiapa menginginkan keduanya maka dengan ilmu”(Al-Hadist)
Belajar ilmu dunia memang merupakan suatu ibadah yang disyariatkan, tetapi kegiatan belajar ini tentunya tidak menghilangkan kewajiban kewajiban kita yang lain dalam hal ini mungkin lebih jelasnya kita ambil contoh agenda agenda dakwah dalam kampus. Kebanyakan mahasiswa telah mengabaikan hal ini padahal mengajak kepada kebaikan merupakan suatu kewajiban yang sangat disyariatkan dalam islam, seringkali kegiatan kuliah kita menjadi kendala dalam melakukan kegiatan tersebut maka perlu kita ketahui sejauh mana kecintaanya terhadap dunia dan Allah,jikalau mereka lebih mencintai Allah tentunya mereka juga melakukan kewajiban sebagai hamba untuk menyampaikan risalah risalah yang diajarkan oleh Rosulullah, tetapi kebanyakan mereka lebih mencintai dunia dengan tidak mau mengikuti agenda dakwah bahkan ada yang cenderung memikirkan dirinya sendiri saja tanpa menghiraukan dienul islam. Maka pabila merujuk pada surat lukman ayat 33 tersebut berarti merekalah termasuk orang orang yang terpedaya oleh dunia dan tertipu dalam menaati Allah karena menganggap agenda dakwah tidak mereka butuhkan bahkan mereka sangat takut apabila nilai akademik mereka turun dikarenakan kegiatan dakwah yang akan mereka lakukan. Jika ketakutan itu dalam batas sewajarnya maka hal itu bersifat manusiawi tetapi ketika ketakutan tersebut ternyata melebihi ketakutan kepada Allah artinya dalam ibadah (kuliah) mereka terdapat makna ilah yang lain, walaupun belajar ilmu dunia juga ibadah tetapi hal ini jelaslah salah karena kcintaanya atau ketakutannya kepada nilai duniawi melebihi ketakutannya pada Allah.(Makna Syahadatain)
Rosulullah telah mengajarkan hidup seimbang antara dunia dan akhirat kerena keduanya merupakan kehidupan yang tidak dapat kita nafikan adanya untuk dijalani secara selaras dan berkaitan untuk saling menunjang sebagaimana dikatakan oleh imam Ghozali “addunya majroatul akhiroh” yang artinya dunia adalah ladang akhirat maka banyak banyaknyalah menanamkan kebaikan didunia agar kita dapat memanennya diakhirat kelak, dan untuk menanam kebaikan didunia tentunya dibutuhkan kemampuan pengelolaan ilmu dunia secara baik serta dibutuhkan ilmu akhirat untuk menjaga kebaikan yang kita tanam tersebut agar tidak terserang penyakit (kesalahan) sebelum kita memanenya disyurga, sehingga perlu adanya keseimbangan (tawadzhun) dalam kita menjalankan aktifitas sehari hari baik belajar agama, umum, olahraga dan refresing serta dsb yang tentunya tidak keluar dari syariat islam.
Mari kita ingat selalu “Setiap yang bernyawa akan merasakan mati,kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan kamu akan dikembalikan hanya kepada kami”(Al-Ambiya : 33) semoga bermanfaat…!Amiiin, Apabila terdapat kesalahan itu semata mata dari kekurangan kami sebagai manusia namun apabila terdapat kebenaran, hal itu merupakan semata mata hanya dari Allah SWT,Wallahu ’alam bishowab.
R.Hadi Sutrisno
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
About Me
- UKMKI FTP UNEJ KOSINIS TETA
- Unit Kegiatan Mahasiswa Kerohanian Islam Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember Kelompok Studi Islam Lingkungan dan Sains Teknologi Pertanian
Buka Juga Blogs KOSINUSers di
-
sekret november 2005 - lebaran awal november 2005 *all images bad shoot by d'grank, click for large20 tahun yang lalu
-
Followers
Kosinusers yang Online
Jumlah Pengunjung
Web counter from website-hit-counters.com . |
Islamic Ornament Countdown
Link fi Sabilillah
overflow: auto;
width: 200px;
height: 200px;
text-align: center; ">
al-Ahkam
al-Dakwah
al-Islam
al-Manhaj
al-Sofwah
Arabindo
as-Sunnah
asy-Syariah
Audio Kajian
Ceramah Islam
Era Muslim
Halal MUI
Harf Indonesia
Harun Yahya
Hayatul-Islam
Hidayatullah
Ikhwan Interaktif
Informasi Haji
Insight Magazine
INSISTNET
Islam House
Islamic Audio Video
Islam Q-A
Jilbab Online
Majelis Mujahidin
Media Muslim
Muhammadiyah
MUI
Muslim
Pernik Muslim
Perpustakaan Islam
PERSIS
Portal Infaq
Radio Tarbiyah
Sabili
Salafi Indonesia
Salafyoon
Syariah Online
Tazkia Online
Wahdah Islamiyah
Islamic Calendar Bar
0 komentar:
Posting Komentar