Selasa, 10 Maret 2009

Survei, Takmir Masjid di Jakarta dukung Syariah

Image
Wajar karena syarat menjadi pengurus masjid adalah keimanan yang kuat

Oleh: Erdy Nasrul

Jakarta-Ridwan al-Makassary, pegiat CSRC (Center for the Study of Religion and Culture), Pusat Studi Agama dan Budaya, UIN Ciputat, meneliti ideologi 250 takmir masjid di Jakarta. Ridwan memilih Jakarta karena posisinya sebagai ibukota Indonesia.

Selesai melakukan penelitian. Ridwan memaparkan temuannya di Jakarta Media Center (29/01/09). Acara tersebut bertajuk "Pemetaan Ideologi Masjid-masjid di DKI Jakarta". Dalam acara itu, Ridwan memaparkan kepentingannya sebagai penguatan gagasan Islam moderat di tanah air.

Ridwan mengkaji persepsi takmir masjid mengenai gagasan sistem pemerintahan Indonesia, formalisasi syariat Islam, jihad, kesetaraan gender, dan pluralisme. Dia menyimpulkan mayoritas takmir masjid memiliki pandangan moderat terkait, karena mendukung keutuhan negara kesatuan Republik Indonesia.

Dia menyimpulkan 88.8% takmir masjid menyetujui Pancasila dan UUD 45 sebagai model terbaik pemerintahan terbaik bagi Indonesia. Sebanyak 78.4% setuju demokrasi adalah sistem pemerintahan yang terbaik bagi Indonesia.

Selain itu, 20.8% takmir masjid setuju umat Islam wajib mendirikan negara Islam. Prosentase lainnya, 32% takmir masjid setuju akan perjuangan demi tegaknya khilafah Islamiyah.

Terkait temuan pendapat takmir masjid masalah pemerintahan, Survei menunjukkan, 60% takmir masjid setuju negara berwenang mengatur dress code umat Islam, 41.2% setuju akan kewenangan negara mengatur persoalan ibadah dengan undang-undang.

Terkait dengan hukum Islam, 31.2% takmir masjid setuju negara wajib memberlakukan pidana Islam, seperti hukum cambuk dan potong tangan di Indonesia. Sebanyak 44.8% setuju bahwa umat Islam wajib memperjuangkan berlakunya kembali Piagam Jakarta. Sejumlah 14.4% setuju bahwa pemerintah yang tidak menerapkan syariah wajib diperangi.

Dalam masalah kesetaraan lelaki dan perempuan, atau gender, 87.6% setuju perempuan bekerja di ruang publik. Sebagian besar, 56.4% tidak setuju perempuan menjadi presiden.

Ridwan berpendapat, takmir masjid setuju dengan pluralisme kewargaan, namun yang bersifat ketuhanan tidak berlaku. Sebanyak 24.8% takmir masjid setuju terdapat kebenaran dalam agama lain. Selain itu, lebih sedikit lagi (2%) takmir masjid setuju terhadap pandangan bahwa non-muslim bisa masuk surga.

Berdasarkan temuannya, Ridwan menyimpulkan, mayoritas takmir masjid di Jakarta moderat. Dia mengatakan juga dalam jumlah yang kecil terdapat kecenderungan penguatan gagasan Islam radikal.

Mengomentari penelitian tersebut, Nu’im Hidayat, Peneliti INSIST (Institute for the Study of Islamic Thought and Civilization) mengatakan, “Kalau itu benar berarti mengkhawatirkan.” Jika 56% setuju perempuan bekerja di ranah publik maka sisanya ada 44%. ”Perlu ditinjau lagi masjid mana saja yang setuju.”

Nuim juga berkomentar, peran publik boleh saja dimainkan kaum hawa. “Yang dilarang jika mereka bekerja yang mengakibatkan terabaikannya urusan rumah tangga.”

Nuim menambahkan tempat kerja juga harus memisahkan pergaulan laki-laki dan perempuan. “Karena ada saja perusahaan yang sengaja mengambil tenaga perempuan supaya perempuan itu bergaul dengan laki-laki.”

Selanjutnya, Peneliti INSIST ini mengatakan, proyek penelitian ini model pemetaan Barat untuk menunjukkan siapa kawan dan lawan mereka. “Bisa saja ada kelanjutannya,” jelasnya.

“Tidak masalah jika ada yang radikal,” jelasnya.

Menurut Nuim, sifat radikal perlu jika ada larangan berdakwah seperti yang terjadi di daerah yang minoritas penduduknya Muslim. “Itu harus radikal untuk membela diri,” tegasnya.

Berdasarkan analisis peneliti senior CSRC Sukron Kamil, pengelolaan masjid-masjid di Jakarta masih bersifat tradisional. Salah satu parameternya adalah masjid tidak diformat menjadi center of activity seperti pada zaman Nabi Muhammad SAW.

"Nabi dulu tidak hanya menjadikan masjid sebagai tempat ibadah dan lembaga pengajaran formal, tapi juga pusat kegiatan, bahkan juga menerima tamu di masjid," papar Sukron.

Paparan Sukron tersebut dibantah oleh Ahmad Yani, kepala Pembudidayaan Masjid se-Indonesia. Dia mengatakan sudah ada masjid sekarang yang sudah berkembang lebih luas. Dia mencontohkan masjid al-Azhar yang kini sudah berkembang menjadi sekolah dan juga pusat dakwah serta aktifitas sosial.

Ahmad Yani juga berpendapat, ketidaksetujuan takmir masjid terhadap perempuan sebagi presiden membuktikan kegagalan penyebaran paham kesetaraan gender di masjid-masjid Indonesia.

Kepala pembudidayaan masjid ini menambahkan, “Ketidaksetujuan terhadap pluralisme ketuhanan menunjukkan betapa kuatnya tauhid yang dipegang para pengurus takmir.”

Menurut Ketua Khairu Ummah ini, wajar karena syarat menjadi pengurus masjid adalah keimanan yang kuat.

sumber : http://sabili.co.id/index.php/200903071165/Indonesia-Kita/Survei-Takmir-Masjid-dukung-Syariah.htm

0 komentar:

Posting Komentar

About Me

Foto Saya
UKMKI FTP UNEJ KOSINIS TETA
Unit Kegiatan Mahasiswa Kerohanian Islam Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember Kelompok Studi Islam Lingkungan dan Sains Teknologi Pertanian
Lihat profil lengkapku

Buka Juga Blogs KOSINUSers di

Followers

Kosinusers yang Online

Jumlah Pengunjung

web counter
Web counter from website-hit-counters.com .
free counters

Blogger Template created by ABDUS SALAM MUBAROK